Icanvas – Sakit tenggorokan mungkin tidak terlalu berbahaya, tetapi dapat menyebabkan ketidaknyamanan yang mengganggu, terutama nyeri saat menelan dan berbicara. Untuk ini, Anda perlu segera mengobatinya. Antibiotik untuk radang tenggorokan bisa efektif untuk menyembuhkan, namun tidak semua sakit tenggorokan bisa disembuhkan dengan antibiotik.
Perlu Anda ketahui bahwa ada banyak penyebab sakit tenggorokan, termasuk virus dan bakteri. Penggunaan antibiotik tergantung dari penyebab radang tenggorokan.
Berikut ciri-ciri faringitis streptokokus yang disebabkan oleh bakteri.
- Infeksi bakteri streptokokus dapat membuat tenggorokan Anda sakit, kering, dan gatal. Akibatnya, Anda mungkin mengalami gejala seperti kesulitan menelan dan bahkan berbicara. Sakit tenggorokan akibat bakteri biasanya berlangsung lebih dari seminggu dan bisa disertai demam.
- Gejala batuk biasanya tidak muncul saat Anda menderita radang tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri. Ini karena hampir semua radang tenggorokan disebabkan oleh virus yang menimbulkan gejala seperti batuk, hidung tersumbat, dan bersin.
- Selain itu, amandel biasanya memiliki lapisan berwarna putih. Infeksi bakteri juga bisa menyebabkan kelenjar getah bening di leher membesar, membuatnya membengkak.
Anda harus segera memeriksakan diri ke dokter untuk perawatan antibiotik, terutama jika Anda memiliki gejala radang tenggorokan seperti:
- Tenggorokannya sangat sakit
- Demam tinggi di atas 38 derajat Celcius
- Bintik putih muncul di amandel.
- Kelenjar di leher bengkak.
- Ruam muncul di kulit.
- Sulit bernapas
- Kesulitan menelan
Jenis Antibiotik Untuk Radang Tenggorokan
Untuk mengetahui apakah sakit tenggorokan disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri, dokter dapat melakukan tes cepat atau usap dengan mengambil sampel dari bagian belakang tenggorokan. Sampel tersebut kemudian akan diperiksa di laboratorium untuk mengetahui patogen penyebabnya.
Jika penyebab sakit tenggorokan Anda dipastikan karena infeksi bakteri, dokter Anda akan meresepkan antibiotik. Antibiotik radang tenggorokan ini bekerja dengan membunuh bakteri, sehingga menghentikan peradangan dan mencegah bakteri menyebar ke jaringan lain. Selain itu, mengobati radang tenggorokan dengan antibiotik juga akan meredakan gejala demam dan radang tenggorokan.
Ada beberapa jenis antibiotik yang biasanya diberikan oleh dokter untuk mengatasi sakit tenggorokan, di antaranya:
- Penisilin
- Amoksisilin
- Eritromisin
- Sefalosporin
- Cefadroxil
- Klaritromisin
- Cefixime
Penisilin dan amoksisilin adalah antibiotik yang paling sering diresepkan. Namun, sefalosporin (cephalexin) merupakan alternatif untuk anak-anak yang alergi terhadap kedua antibiotik tersebut.
Durasi pengobatan antibiotik dapat bervariasi tergantung pada tingkat keparahan sakit tenggorokan.
Penting bagi Anda untuk menyelesaikan semua antibiotik yang diresepkan oleh dokter Anda untuk membunuh bakteri yang menyebabkan radang tenggorokan. Berhenti minum antibiotik sebelum habis, bahkan jika Anda merasa lebih baik, itu bisa membuat sakit tenggorokan Anda kembali.
Selain itu, penggunaan antibiotik secara sembarangan juga meningkatkan risiko terjadinya resistensi bakteri, yaitu kondisi di mana bakteri resisten terhadap efek antibiotik.
Pengobatan Alami Untuk Radang Tenggorokan
Selama pengobatan antibiotik untuk radang tenggorokan, lebih baik melakukan perawatan sederhana di rumah juga. Anda bisa melakukan beberapa hal ini untuk meredakan gejala dan mempercepat penyembuhan, seperti:
- Berkumurlah dengan larutan air garam beberapa kali sehari.
- Tingkatkan asupan cairan seperti air minum atau konsumsi kaldu panas.
- Minum obat pereda nyeri dari tenggorokan, seperti tablet hisap.
- Hindari alergen dan iritan seperti asap dan bahan kimia.
- Gunakan pereda nyeri, seperti asetaminofen, untuk meredakan nyeri.
Perawatan antibiotik efektif dalam mengobati sakit tenggorokan yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Biasanya pengobatan antibiotik ini tidak memiliki efek samping yang berarti. Meskipun demikian, Anda harus mengikuti petunjuk dokter Anda untuk menghindari penyakit kambuh dan risiko kekebalan bakteri.
Sumber: